Polisi Tak Berani Bertindak Ketika FPI Ancam & Teror Dokter Wanita di Solok Sumatra Barat
 Assalamualaikum
  wr wb.. 
Pertama sekali saya memperkenalkan diri..
Nama saya dr. Fiera Lovita, umur 40 tahun, agama Islam, berprofesi sebagai dokter umum bersertifikasi Hemodialisa. Saya adalah putri asli minang yang bekerja dengan status ASN provinsi Sumatera Barat yang ditempatkan di RSUD Kabupaten Solok , Sumatera Barat. Saya mempunyai dua orang anak yang masih duduk di kelas 1 dan kelas 3 Sekolah Dasar di Kabupaten Solok, Sumatera Barat
 
Nama saya dr. Fiera Lovita, umur 40 tahun, agama Islam, berprofesi sebagai dokter umum bersertifikasi Hemodialisa. Saya adalah putri asli minang yang bekerja dengan status ASN provinsi Sumatera Barat yang ditempatkan di RSUD Kabupaten Solok , Sumatera Barat. Saya mempunyai dua orang anak yang masih duduk di kelas 1 dan kelas 3 Sekolah Dasar di Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Saya akan menceritakan kronologis kejadian yang menimpa diri saya, sbb : 
 
1.  Pada periode tanggal 19 - 21 Mei 2017, saya membuat status  di akun Facebook pribadi saya. Status tersebut berbunyi : 
"kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib"
"kadang fanatisme sudah membuat akal sehat n logika tdk berfungsi lagi, udah zinah, kabur lg, masih dipuja & dibela"
"masi ada yg berkoar2 klo ulama mesumnya kena fitnah, loh...dianya kaburr, mo di tabayyun polisi beserta barbuk ajah ga berani"
Status normatif yang berisi pernyataan keheranan saya setelah melihat berita konferensi pers pihak kepolisian di media massa dan televisi terkait tentang kebenaran barang bukti kasus chat mesum Firza Husein yang sudah disita polisi. Serta status saya yang menanggapi berita kaburnya seorang habib yang akan diminta keterangannya oleh polisi di Jakarta dalam kasus chat mesum dan kasus hukum lain yang menimpa habib tersebut.
Saya hanya mengemukakan apa yang ada dalam hati dan pikiran saya tanpa ada maksud dan tujuan apapun.
   
"kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib"
"kadang fanatisme sudah membuat akal sehat n logika tdk berfungsi lagi, udah zinah, kabur lg, masih dipuja & dibela"
"masi ada yg berkoar2 klo ulama mesumnya kena fitnah, loh...dianya kaburr, mo di tabayyun polisi beserta barbuk ajah ga berani"
Status normatif yang berisi pernyataan keheranan saya setelah melihat berita konferensi pers pihak kepolisian di media massa dan televisi terkait tentang kebenaran barang bukti kasus chat mesum Firza Husein yang sudah disita polisi. Serta status saya yang menanggapi berita kaburnya seorang habib yang akan diminta keterangannya oleh polisi di Jakarta dalam kasus chat mesum dan kasus hukum lain yang menimpa habib tersebut.
Saya hanya mengemukakan apa yang ada dalam hati dan pikiran saya tanpa ada maksud dan tujuan apapun.
2. Setelah membuat postingan Facebook tersebut di akun pribadi saya,   karena kebetulan hari Minggu,  saya mengajak  kedua anak saya   jalan-jalan keluar rumah  serta makan siang, dilanjutkan main ke arena   permainan anak anak sampai sore. Malam harinya, saya baru buka HP dan   Facebook, ternyata sudah banyak kiriman permintaan perteman yang   jumlahnya lebih dari 100 orang. Beberapa akun orang lain sudah   mengcapture status di akun saya dan membagikannya ke Facebook dengan   ditambahi kata-kata yang provokatif, yang kotor, yang mengajak orang   lain untuk membenci saya dan melaknat saya. Status-status saya menjadi   viral di Facebook terutama di pengguna Facebook Sumatera Barat dimana   saya tinggal. Karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, sayapun   segera menutup akun saya.
 
3. Hari senin pagi, tanggal 22 Mei 2017,   saya beraktivitas seperti biasa, mengantarkan anak-anak ke sekolah   karena sedang  dilaksanakan ujian naik kelas, dan saya pun berangkat   bekerja seperti biasa. Sekitar jam 9 pagi saya di telepon pihak kantor   (RSUD Solok) untuk menemui Wakil Direktur RSUD Solok, dr. Elfahmi. Saat   menghadap, dr. Elfahmi memberitahukan bahwa postingan Facebook saya   sudah di capture orang lain dan dibagikan ke banyak group Facebook   dengan ditambaji kata-kata provokatif dan tuduhan bahwa saya telah   menghina ulama mereka. Pihak manajemen rumah sakit meminta saya untuk   menghapus postingan tersebut dan menghilangkan data di profil saya yang   menyebutkan tempat saya bekerja di  RSUD  Kabupaten Solok. Saya langsung   melaksanakan anjuran tersebut dengan menghapusnya.                           
  
4. Tak berapa lama kemudian saya langsung menjemput anak saya   karena ujian sekolah hari itu selesai. Saat saya sedang menjemput anak   di sekolah, saya mendapat telpon lagi dari rumah sakit bagian pelayanan   medis, drg. Basyir Busnia yang menginformasikan bahwa ada intel polisi   mencari saya dan saya diminta segera datang ke kantor RSUD Solok . Saya   kaget, shock juga , kenapa ada intel polisi mau bertemu dengan saya?   Ternyata mereka tidak sabar menunggu saya di RSUD Solok, intel polisi   tersebut langsung menyusul saya menuju tempat dimana saya berada saat   itu, yaitu di toko roti samping rumah sakit saat saya sedang membelikan   roti untuk anak-anak saya. Intel polisi tersebut memaksa saya untuk   segera ikut dengan mereka. Awalnya mereka minta ke rumah saya, lalu saya   tolak, terus mereka minta bawa saya ke kantor polisi, saya tidak mau,   akhirnya saya kembali dibawa ke kantor RSUD Solok beserta kedua anak   saya yang baru pulang sekolah.                        
 
5. Begitu   sampai dikantor  RSUD Solok, salah satu intel polisi tersebut (yang   berjumlah 3 orang) memperkenalkan diri sebagai kasad intel polisi kota   solok, bernama bapak Ridwan. Beliau memperlihatkan konten Facebook dari   handphonenya, bahwa ada postingan kelompok FPI yang tidak senang   terhadap postingan saya di Facebook dan berencana dengan kelompoknya   berniat menggerebek dan menangkap saya.  
Dengan alasan untuk melindungi saya, pak Ridwan mulai menginterogasi saya di kantor RSUD Solok, tanpa menunjukkan surat tugasnya. Sebelum diinterogasi, saya terlebih dahulu difoto oleh anggotanya, setelah itu baru diinterogasi. Saya ditanya tentang nama, umur , pekerjaan dan alamat. Kemudian saya ditanya mengapa sampai membuat postingan tersebut? Saya jawab, status tersebut saya buat spontan saja karena melihat berita di media massa dan berita di televisi yang berkembang saat itu. Status Facebook saya diviralkan oleh oknum hidayatullah dan oknum lainnya di berbagai media sosial (Facebook dan Whatsapp Group)dengan ditambahi kata-kata yang provokatif dengan tujuan orang yang membacanya menganggap saya sebagai penghina ulama besar mereka. Padahal status saya tersebut normatif tanpa menyebut nama seseorang dan tanpa mencantumkan foto seseorang.
 
Dengan alasan untuk melindungi saya, pak Ridwan mulai menginterogasi saya di kantor RSUD Solok, tanpa menunjukkan surat tugasnya. Sebelum diinterogasi, saya terlebih dahulu difoto oleh anggotanya, setelah itu baru diinterogasi. Saya ditanya tentang nama, umur , pekerjaan dan alamat. Kemudian saya ditanya mengapa sampai membuat postingan tersebut? Saya jawab, status tersebut saya buat spontan saja karena melihat berita di media massa dan berita di televisi yang berkembang saat itu. Status Facebook saya diviralkan oleh oknum hidayatullah dan oknum lainnya di berbagai media sosial (Facebook dan Whatsapp Group)dengan ditambahi kata-kata yang provokatif dengan tujuan orang yang membacanya menganggap saya sebagai penghina ulama besar mereka. Padahal status saya tersebut normatif tanpa menyebut nama seseorang dan tanpa mencantumkan foto seseorang.
6.   Oleh pak Ridwan , saya juga ditanya apakah ada pihak lain yang   memerintahkan atau mendorong saya untuk membuat postingan status   Facebook tersebut? Saya jawab tidak ada. 
Setelah melihat dan memeriksa postingan facebook di akun saya, pak Ridwan bertanya kepada saya, apakah saya pendukung kebijakan Ahok dan bapak Presiden Jokowi? Saya jawab iya saya pendukung pak Jokowi sejak 2014 dan pendukung Ahok, karena saya kagum dengan program-program beliau dan menurut saya beliau berdua adalah sosok pemimpin yang anti korupsi. Kemudian pak Ridwan melengos, dan menyuruh saya agar meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi.
Saat itu pak Ridwan juga meminta HP yang saya pegang, karena saat proses interograsi ada beberapa nomor telepon yang tidak saya kenal, masuk ke WhatsApp saya. Beberapa nomor telepon whatsapp yang masuk memakai profil foto Rizieq Shihab, ada juga nomor dengan profil foto orang berjubah dan bersorban putih, beberapa nomor telepon yang masuk ada wanita memakai hijab, ada yg tanpa foto profil, dan banyak lainnya. Kemudian pak Ridwan membuka WA di HP saya, dan membaca chat WA orang-orang tersebut serta seakan-akan mencatat nomor HP mereka di selembar kertas.
Pak Ridwan meminta saya agar jangan macam-macam dulu, saya diminta cukup menjalankan tugas sebagai dokter saja. Dan pak Ridwan mengatakan hati-hati, karena ada kelompok FPI yang akan mencari saya. Pak Ridwan memberikan nomor telepon, saya diminta menelpon jika ada hal yang terjadi.
 
Setelah melihat dan memeriksa postingan facebook di akun saya, pak Ridwan bertanya kepada saya, apakah saya pendukung kebijakan Ahok dan bapak Presiden Jokowi? Saya jawab iya saya pendukung pak Jokowi sejak 2014 dan pendukung Ahok, karena saya kagum dengan program-program beliau dan menurut saya beliau berdua adalah sosok pemimpin yang anti korupsi. Kemudian pak Ridwan melengos, dan menyuruh saya agar meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi.
Saat itu pak Ridwan juga meminta HP yang saya pegang, karena saat proses interograsi ada beberapa nomor telepon yang tidak saya kenal, masuk ke WhatsApp saya. Beberapa nomor telepon whatsapp yang masuk memakai profil foto Rizieq Shihab, ada juga nomor dengan profil foto orang berjubah dan bersorban putih, beberapa nomor telepon yang masuk ada wanita memakai hijab, ada yg tanpa foto profil, dan banyak lainnya. Kemudian pak Ridwan membuka WA di HP saya, dan membaca chat WA orang-orang tersebut serta seakan-akan mencatat nomor HP mereka di selembar kertas.
Pak Ridwan meminta saya agar jangan macam-macam dulu, saya diminta cukup menjalankan tugas sebagai dokter saja. Dan pak Ridwan mengatakan hati-hati, karena ada kelompok FPI yang akan mencari saya. Pak Ridwan memberikan nomor telepon, saya diminta menelpon jika ada hal yang terjadi.
7. Selesai diinterogasi oleh pihak kepolisian, sekitar jam   1 siang, tanggal 22 Mei 2017, saya dan anak-anak saya turun keparkiran   menuju mobil saya. Setelah masuk kedalam mobil, tiba-tiba mobil saya   sudah dikelilingi oleh beberapa orang berjubah, berjanggut dan berkopiah   putih-putih.  Mereka mengetuk-ngetuk jendela mobil saya. Lalu saya   segera menelpon pak ridwan tadi, setelah itu saya membuka pintu mobil   untuk berkomunikasi dengan mereka. Pak Ridwan datang saat saya sedang   berbicara dengan salah satu utusan FPI tersebut. Rombongan FPI meminta   saya supaya jangan bersikap seperti itu (membuat status di Facebook),   saya lalu meminta maaf kepada mereka dan berjanji tidak akan berbuat   seperti itu lagi. Mereka kemudian meminta saya membuat surat pernyataan   dengan tulisan tangan diatas kertas dan difotokan. Mereka meminta saya   untuk secepatnya memposting surat pernyataan permintaan maaf tersebut di   akun Facebook milik saya.
Saya menjawab beri saya waktu sekitar satu jam untuk pulang terlebih dahulu, makan dan sholat. Akhirnya saya diperbolehkan jalan pergi, tetapi sebelum sempat jalan, tiba-tiba saya di suruh buka kaca mobil lagi dan mereka mengatakan bahwa FPI di seluruh Sumatera Barat akan bergerak menemui saya. Jadi cepat saja membuat surat pernyataan permintaan maaf itu dan memposting di akun Facebook milik saya. Saya menjawab, baiklah.
Saat itu anak-anak saya menangis karena ketakutan melihat keberadaan mereka , anak saya juga ketakutan karena melihat bapak Ridwan membawa pistol kecil yang diselipkan di pinggang belakangnya.
 
Saya menjawab beri saya waktu sekitar satu jam untuk pulang terlebih dahulu, makan dan sholat. Akhirnya saya diperbolehkan jalan pergi, tetapi sebelum sempat jalan, tiba-tiba saya di suruh buka kaca mobil lagi dan mereka mengatakan bahwa FPI di seluruh Sumatera Barat akan bergerak menemui saya. Jadi cepat saja membuat surat pernyataan permintaan maaf itu dan memposting di akun Facebook milik saya. Saya menjawab, baiklah.
Saat itu anak-anak saya menangis karena ketakutan melihat keberadaan mereka , anak saya juga ketakutan karena melihat bapak Ridwan membawa pistol kecil yang diselipkan di pinggang belakangnya.
8. Saya akhirnya   mampir ke Masjid dekat RSUD Solok, sholat sebentar, sementara anak-anak   saya masih terus menangis. Anak-anak saya takut pulang, karena anak-anak   saya takut saat dirumah akan diserbu oleh orang-orang yang tidak   dikenal. Saya akhirnya juga ikut menangis, lalu saya tenangkan anak-anak   saya dan saya ajak pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya dan   anak-anak ketakutan, saya telepon beberapa orang teman , mereka cemas   dengan keberadaan saya, tetapi semua teman saya tak berdaya dan tidak   bisa berbuat apa-apa. Saat itu tidak ada siapapun disekeliling saya yang   mensupport dan menemani saya. Tidak ada satupun orang yang berani   membantu saya.                        
 
9. Setelah saya posting surat   pernyataan dan permintaan maaf saya di Facebook, dalam waktu satu jam,   laman facebook saya malah kembali dibongkar-bongkar oleh mereka.   File-file album pribadi saya berupa foto-foto saya dan anak-anak saya   dan postingan lama saya mereka munculkan kembali dan disebar ke banyak   group facebook. Mereka mengambil foto saya dan mengedit dengan vulgar,   tidak senonoh dan ditambahi dengan kata-kata jorok yang sangat tidak   pantas bagi seorang perempuan. 
Bukannya mereka menjadi reda dan tenang dengan adanya postingan surat pernyataan dan permintaan maaf yang saya buat tadi, tetapi mereka malah semakin menjadi-jadi dan tak terkendali. Akhirnya sore itu juga saya memutuskan untuk kembali menutup akun Facebook saya demi kenyamanan dan keamanan saya dan anak-anak saya.
Saat malam harinya saya dan anak-anak sulit tidur , karena mendengar anjing rumah menggonggong ribut dan seperti ada orang disekitar rumah yang sedang mengintai. Kejadian tersebut berlangsung sampai jam 2 dini hari.
 
Bukannya mereka menjadi reda dan tenang dengan adanya postingan surat pernyataan dan permintaan maaf yang saya buat tadi, tetapi mereka malah semakin menjadi-jadi dan tak terkendali. Akhirnya sore itu juga saya memutuskan untuk kembali menutup akun Facebook saya demi kenyamanan dan keamanan saya dan anak-anak saya.
Saat malam harinya saya dan anak-anak sulit tidur , karena mendengar anjing rumah menggonggong ribut dan seperti ada orang disekitar rumah yang sedang mengintai. Kejadian tersebut berlangsung sampai jam 2 dini hari.
10. Keesokan   harinya, selasa, 23 Mei 2017, anak-anak bersiap untuk pergi sekolah dan   ujian. Saya mengantar mereka ke sekolah dan saya ke rumah sakit bekerja   seperti biasa. Setelah mengantarkan anak-anak pulang dari sekolah,   tiba-tiba, saya mendapat telepon pagi itu dari drg . Basir Busnia lagi ,   saya disuruh datang ke kantor RSUD Solok segera, tanpa penjelasan lebih   lanjut. Ternyata sesampai di RSUD, sudah banyak orang berjubah di   halaman rumah sakit serta ada beberapa mobil polisi.                         Saya mulai panik, banyak telepon masuk dari pegawai rumah sakit yang   bertanya kepada saya, ada apa buk? kok banyak orang dan polisi   mencari-cari ibu? Saya tidak menjawab, dan buru buru masuk kedalam. 
Saya langsung disuruh menemui wakil direktur rumah sakit , dr. Elfahmi. Saya diberitahu bahwa ada sekelompok pemimpin ormas termasuk ketua FPI mau bertemu dengan saya. Saya diminta tidak menjawab, harus patuh dengan keinginan mereka kalau ingin selamat dan kasus ini tidak berlanjut. Dan saat itu saya bersedia mengikuti saran tersebut. Kemudian dengan dikawal dua orang staf kantor, saya dibawa menemui direktur RSUD di ruangan khusus. Disana, direktur RSUD Solok, drg. Epi marah besar dan melotot serta menunjuk-nunjuk saya. Beliau sangat kesal karena saya membawa masalah bagi rumah sakit serta minta saya jangan macam-macam. Itu diulangi dengan tegas dan saya diminta patuh dengan kemauan para ormas nantinya, supaya urusan cepat selesai dan saya diminta berjanji di depan direktur untuk patuh dan tidak macam-macam.
Saya diminta untuk tidak tersenyum dan harus menunjukkan wajah atau ekspresi bersalah dan menyesal saat nanti di pertemuan dengan para anggota FPI.
 
Saya langsung disuruh menemui wakil direktur rumah sakit , dr. Elfahmi. Saya diberitahu bahwa ada sekelompok pemimpin ormas termasuk ketua FPI mau bertemu dengan saya. Saya diminta tidak menjawab, harus patuh dengan keinginan mereka kalau ingin selamat dan kasus ini tidak berlanjut. Dan saat itu saya bersedia mengikuti saran tersebut. Kemudian dengan dikawal dua orang staf kantor, saya dibawa menemui direktur RSUD di ruangan khusus. Disana, direktur RSUD Solok, drg. Epi marah besar dan melotot serta menunjuk-nunjuk saya. Beliau sangat kesal karena saya membawa masalah bagi rumah sakit serta minta saya jangan macam-macam. Itu diulangi dengan tegas dan saya diminta patuh dengan kemauan para ormas nantinya, supaya urusan cepat selesai dan saya diminta berjanji di depan direktur untuk patuh dan tidak macam-macam.
Saya diminta untuk tidak tersenyum dan harus menunjukkan wajah atau ekspresi bersalah dan menyesal saat nanti di pertemuan dengan para anggota FPI.
11. Akhirnya saya dibawa ke ruang pertemuan dengan para   petinggi ormas FPI serta Kepala Polisi Kota Solok, Kompol Darto, Kasad   Intel Ridwan berserta direktur dan jajaran direksi RSUD Kabupaten Solok.   Saya diminta menyampaikan permintaan maaf ,menyesal dan tidak akan   mengulanginya lagi.                      Saya mengucapkan hal tersebut   dengan terbata-bata, menahan tangis dan perasaan yang campur aduk,   karena saya dibawah tekanan dan posisi ketakutan.  Saat pertemuan itu   saya juga menyatakan berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi. 
Setelah saya ucapkan, gantian para petinggi ormas FPI tersebut mengenalkan diri, membahas masalah ini dan meceramahi saya secara bergantian. Saat itu saya patuh dan mendengarkan semua ceramah sampai selesai. Pada intinya para petinggi FPI tidak terima dengan apa yang sudah saya perbuat melalui postingan status di Facebook, menurut mereka semua kasus Habib Rizieq Shihab itu adalah fitnah dan rekayasa belaka. Menurut mereka saya sudah terpengaruh oleh berita di media massa yang sudah dikuasai oleh asing dan aseng yang bertujuan untuk menyudutkan Habib Rizieq Shihab dab Umat islam. Disertai kutipan ayat mereka terus menceramahi saya sampai selesai.
Saya diminta membuat surat pernyataan yang awalnya saya tulis tangan, terus diketik komputer, diprint dan ditandatangani oleh saya dan beberapa orang hadir dalam pertemuan tersebut. Kecuali Direktur rumah sakit dan Kasad Intel pak Ridwan tidak ikut bertandatangan. Pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai bukti telah diadakan pertemuan tersebut.
 
Setelah saya ucapkan, gantian para petinggi ormas FPI tersebut mengenalkan diri, membahas masalah ini dan meceramahi saya secara bergantian. Saat itu saya patuh dan mendengarkan semua ceramah sampai selesai. Pada intinya para petinggi FPI tidak terima dengan apa yang sudah saya perbuat melalui postingan status di Facebook, menurut mereka semua kasus Habib Rizieq Shihab itu adalah fitnah dan rekayasa belaka. Menurut mereka saya sudah terpengaruh oleh berita di media massa yang sudah dikuasai oleh asing dan aseng yang bertujuan untuk menyudutkan Habib Rizieq Shihab dab Umat islam. Disertai kutipan ayat mereka terus menceramahi saya sampai selesai.
Saya diminta membuat surat pernyataan yang awalnya saya tulis tangan, terus diketik komputer, diprint dan ditandatangani oleh saya dan beberapa orang hadir dalam pertemuan tersebut. Kecuali Direktur rumah sakit dan Kasad Intel pak Ridwan tidak ikut bertandatangan. Pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai bukti telah diadakan pertemuan tersebut.
12. Saya berfikir dengan pertemuan tersebut   semua masalah akan selesai, ternyata tidak sama sekali. Foto-foto   pertemuan tersebut kembali menjadi viral di media sosial, mereka terus   membicarakan dan menggunjingkan saya. Pertemuan yang harusnya   menyelesaikan masalah dan membuat suasana menjadi damai, ternyata bagi   mereka tidak cukup. Foto-foto pertemuan tersebut diviralkan dengan   ditambahi kata-kata yang provokatif dan kata-kata penghinaan terhadap   saya. Bahkan status-status facebook saya sebelumnya juga terus   digulirkan di media sosial, sehingga masyarakat semakin menjadi benci   kepada saya karena saya dituduh menghina Ulama dan menghina agama Islam.   
Bagi mereka, surat pernyataan dan permintaan maaf yang bermaterai tidak cukup bagi penghina ulama dan penghina agama Islam. Mereka saling komentar untuk membunuh saya, merajam saya, membakar saya, menyumpal saya dengan gagang cangkul. Mereka menuduh saya sebagai pelacur penghina ulama, mereka menuduh saya komunis dan PKI, mereka menuduh saya murtad, semua caci maki dan ungkapan kebencian mereka tumpahkan kepada saya.
   
Bagi mereka, surat pernyataan dan permintaan maaf yang bermaterai tidak cukup bagi penghina ulama dan penghina agama Islam. Mereka saling komentar untuk membunuh saya, merajam saya, membakar saya, menyumpal saya dengan gagang cangkul. Mereka menuduh saya sebagai pelacur penghina ulama, mereka menuduh saya komunis dan PKI, mereka menuduh saya murtad, semua caci maki dan ungkapan kebencian mereka tumpahkan kepada saya.
13. Hari ini saya hidup di Solok, Sumatera Barat, tempat dimana   mayoritas adalah Muhammadiyah. Disini basisnya partai PKS dan juga   basisnya ormas FPI. Masyarakat disini sangat memuja Rizieq Shihab,   disaat yang sama masyarakat disini sangat membenci Ahok dan membenci   Presiden Jokowi.
Sampai saat ini, saat malam hari masih ada orang yang berkeliaran di sekitar rumah saya seakan-akan terus membuntuti saya dan anak-anak saya. Intimidasi dan teror berupa telepon masih saya alami sampai saat ini, tidak jarang mereka menelpon saya berkali-kali saat larut malam sampai pukul 02.58. Masih ada beberapa pihak atau oknum yang sangat ingin mencari dan bertemu dengan saya serta ingin melampiaskan amarah dan sakit hati mereka kepada saya. Mereka juga masih sering menebar ancaman untuk terus menghukum saya. Kejadian ini membuat saya merasa sudah di permalukan , dicemarkan nama baik saya bahkan telah dilakukan pembunuhan karakter yg begitu massive kepada saya.
Sementara tidak ada support atau dukungan nyata dari teman sejawat atau pun pihak lain yang berada disekitar saya. Bahkan beberapa teman sejawat di kantor tempat saya bekerja lebih memilih aman dengan menjauhi saya.
Saya merasa tidak aman dan terancam akibat peristiwa ini, yang paling saya fikirkan adalah beban psikis dan psikologis anak-anak saya yang belum siap menghadapi kondisi ini. Subuh sekitar pukul 04.30 WIB tadi juga ada serombongan orang bermotor lewat depan rumah saya sambil berteriak-teriak dan bersorak sorai tidak jelas. Peristiwa itu bukan hal yang biasa, karena rumah saya berada di komplek perumahan yang sepi.
 
Sampai saat ini, saat malam hari masih ada orang yang berkeliaran di sekitar rumah saya seakan-akan terus membuntuti saya dan anak-anak saya. Intimidasi dan teror berupa telepon masih saya alami sampai saat ini, tidak jarang mereka menelpon saya berkali-kali saat larut malam sampai pukul 02.58. Masih ada beberapa pihak atau oknum yang sangat ingin mencari dan bertemu dengan saya serta ingin melampiaskan amarah dan sakit hati mereka kepada saya. Mereka juga masih sering menebar ancaman untuk terus menghukum saya. Kejadian ini membuat saya merasa sudah di permalukan , dicemarkan nama baik saya bahkan telah dilakukan pembunuhan karakter yg begitu massive kepada saya.
Sementara tidak ada support atau dukungan nyata dari teman sejawat atau pun pihak lain yang berada disekitar saya. Bahkan beberapa teman sejawat di kantor tempat saya bekerja lebih memilih aman dengan menjauhi saya.
Saya merasa tidak aman dan terancam akibat peristiwa ini, yang paling saya fikirkan adalah beban psikis dan psikologis anak-anak saya yang belum siap menghadapi kondisi ini. Subuh sekitar pukul 04.30 WIB tadi juga ada serombongan orang bermotor lewat depan rumah saya sambil berteriak-teriak dan bersorak sorai tidak jelas. Peristiwa itu bukan hal yang biasa, karena rumah saya berada di komplek perumahan yang sepi.
14. Atas berbagai pertimbangan diatas yaitu   keselamatan saya dan anak anak saya serta tidak adanya pihak yang akan   melindungi saya disini, ditambah suasana di lingkungan pekerjaan yang   sudah tidak nyaman lagi, saya memutuskan untuk berkeinginan keluar dari   Kota Solok, Sumatera Barat ini. Saya tidak mempunyai pilihan lain lagi,   dan menurut beberapa pihak yang saya ajak berkonsultasi, pindah adalah   solusi pilihan terbaik untuk situasi dan keadaan saya ini. Akan sangat   berbahaya jika ditunda lebih lama demi keselamatan saya beserta kedua   anak saya yang sekarang berumur 8 dan 9,5 tahun.                        
Sebagai informasi tambahan, saat ini saya sebatang kara, orang tua saya sudah meninggal dunia keduanya, mama tahun 2000, papa tahun 2008. Saya tidak mempunyai saudara di kota Solok ini, saya seorang ibu yang tinggal cuma bertiga saja dengan kedua anak anak saya. Untuk itu saya memohon kepada berbagi pihak untuk bisa membantu saya supaya bisa pindah ke tempat aman di luar Sumatera Barat.
 
Sebagai informasi tambahan, saat ini saya sebatang kara, orang tua saya sudah meninggal dunia keduanya, mama tahun 2000, papa tahun 2008. Saya tidak mempunyai saudara di kota Solok ini, saya seorang ibu yang tinggal cuma bertiga saja dengan kedua anak anak saya. Untuk itu saya memohon kepada berbagi pihak untuk bisa membantu saya supaya bisa pindah ke tempat aman di luar Sumatera Barat.
Demikian kronologis kejadian   yang menimpa saya beserta anak anak saya. Saya mohon kiranya ada pihak   yang tersentuh hatinya dan mau melakukan tindakan nyata dalam   menyelamatkan saya dan anak anak saya keluar dari Sumatera Barat.                          
Wassalam mua'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
 
Wassalam mua'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Hormat Saya 
dr. Fiera Lovita
dr. Fiera Lovita

Tidak ada komentar:
Posting Komentar